
Dalam upaya memahami bagaimana kesan pemilih pemula terhadap demokrasi dan pemilu, KPU Kabupaten Blora melakukan kegiatan wawancara bersama Ketua OSIS SMA 1 Blora. Disadari bahwa keberlanjutan ide-ide seputar demokrasi sangat bergantung pada kesan positif yang dimiliki generasi muda saat ini. Upaya mendasar untuk menanamkan kesan positif tersebut dimulai dari menggali bagaimana kesan generasi muda. Ketua OSIS SMA 1 Blora merupakan salah satu representasi pemilih pemula, bagian dari pemilih muda, yang ada di Blora. Cerminan bagaimana sikap generasi muda pada saat ini sedikit banyak tercermin dari bagaimana sikapnya terhadap demokrasi dan pemilu. Dalam wawancara tersebut ditanyakan beberapa hal mendasar terkait dengan sikap dan perilaku pemuda, khususnya pelajar terhadap pemahaman tentang demokrasi, proses pemilu, perbedaan pendapat, dan begaimana perilaku bermedia sosial. “Pemilu adalah upaya untuk memilih pemimpin terbaik” jawab Sendo, sapaan Ershendo Deska Christyawan, Ketua OSIS SMA 1 Blora. Selain itu, menurutnya generasi muda saat ini, khususnya pelajar di SMA 1 Blora sudah terbiasa dengan perbedaan pendapat dan pilihan. Hal ini tercermin dari proses pemilihan Ketua OSIS yang pernah dijalani dan terdapat enam kandidat. Banyaknya kandidat ternyata tidak berpengaruh negatif terhadap kerukunan sesama pelajar. M. Syaiful Amri, Komisioner KPU Blora berpendapat bahwa jika generasi muda saat ini memiliki kesan yang bagus terhadap demokrasi dan pemilu, maka itu akan sangat menunjang keberlangsungan dan kualitas demokrasi kedepannya, namun demikian juga jika sebaliknya. “Pembiasaan terhadap perbedan pilihan itu penting, karena akan membiasakan terhadap perbedaan pilihan politik nantinya. Termasuk pembiasaan terhadap cara bermedsos yang baik, karena kedepan dinamika pemilu juga akan banyak terjadi di media sosial” menurut Amri. Kegiatan wawancara dilakukan pada Selasa, 31 Mei 2022 bertempat di SMA 1 Blora. Dokumentasi wawancara tersebut akan menjadi content youtube KPU Blora, yang merupakan kegiatan rutin sebagai bagian dari aktivitas pendidikan politik pemilih. Amri menambahkan pentingnya menyesuaikan media sosialisasi dan pendidikan pemilih dengan kondisi saat ini. Termasuk potensi pemilih muda saat ini yang jumlahnya lebih dari 50%. Media sosialisasi dan pendidikan pemilih saat ini harus akrab dengan generasi muda yang identik dengan gawai dan media sosial.